Mengenal Sejarah Kapal Pinisi dan Ritual Pembuatannya

Mengenal Sejarah Kapal Pinisi dan Ritual Pembuatannya

[ad_1]

Getting to Know the History of Pinisi Boat and its Building Rituals

Sejarah Kapal Pinisi

Source: https://fajar.co.id/2021/08/23/perahu-pinisi/

Kapal Pinisi ini merupakan kapal legendaris yang berasal dari Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kapal ini diperkirakan sudah dibuat sejak abad ke-14. Pinisi dibuat khusus oleh masyarakat di Desa Ara, Bira, Lemo-Lemo, dan Tanah Beru yang berasal dari Suku Konjo, sebuah sub-etnis Makassar yang sejak zaman dahulu dikenal sebagai pembuat perahu dan pelaut ulung.

Perahu tradisional Suku Bugis ini kerap digunakan oleh para leluhur untuk mencari nafkah dengan berlayar hingga Eropa dan Afrika. Itulah kenapa kapal Pinisi pernah tercantum dalam mata uang Indonesia, salah satunya uang lembar Rp100 berwarna merah.

Sejak Desember 2017, kapal ini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Penetapan ini tercatat sebagai “Pinisi Art of Boatbuilding in South Sulawesi” atau seni dalam pembuatan Kapal Pinisi di Sulawesi Selatan.

The History of the Pinisi Boat

Pinisi boat is a legendary boat originating from Bulukumba District of South Sulawesi. This boat is estimated to have been made since the 14th century.

The Pinisi is especially built by the people of Ara, Bira, Lemo-Lemo, and Tanah Beru village belonging to the Konjo tribe, a sub-ethnic group of Makassar that has long been recognized as boat builders and master sailors.

These traditional Bugis boats were often used by their ancestors to earn a living by sailing to Europe and Africa. That is why the Pinisi boat was once featured on Indonesian currency, including the red-colored Rp100 note.

Since December 2017, this boat has been officially designated as a World Cultural Heritage by UNESCO as an Intangible Cultural Heritage. This designation is recorded as “Pinisi Art of Boatbuilding in South Sulawesi” or the art of Pinisi Boat building in South Sulawesi.

Jenis-Jenis Kapal Pinisi

Kapal Pinisi terbagi dalam dua jenis, yaitu Pinisi Palari dan Pinisi Lambda. Dari segi bentuk, Pinisi Lambda cenderung lebih modern dibanding Palari. Hal itu karena Pinisi Lambda sudah dilengkapi dengan mesin untuk menjalankannya sehingga bisa berjalan ke laut tanpa bergantung pada angin. Dari segi ukuran, Pinisi Lambda juga cenderung lebih besar dan dapat membawa muatan yang cukup banyak.

Sementara itu, Pinisi Palari ini awalnya memiliki ukuran 10 – 15 meter dengan daya angkut maksimal 30 ton. Kapal ini juga masih sangat tradisional karena bergerak mengandalkan layar dan angin laut.

Pinisi Palari Tahun 1923–1925 -Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Palari_(perahu)

Zaman dahulu, kedua jenis kapal ini biasanya digunakan untuk mengangkut dagangan atau kapal nelayan untuk mencari ikan.

Types of Pinisi Boats

The Phinisi Boat is divided into two types, namely Pinisi Palari and Phinisi Lambda. In terms of shape, Pinisi Lambda tends to be more modern than Pinisi Palari. This is because the Pinisi Lambda is equipped with an engine to move it so that it can sail to the sea without relying on the wind. In terms of size, Pinisi Lambda also tends to be larger and can carry large number of cargoes.

Meanwhile, Pinisi Palari originally had a size of 10-15 meters with a maximum carrying capacity of 30 tons. This boat is also still very traditional because it moves by relying on sails and sea breeze.

In ancient times, these two types of ships were usually used to transport merchandise or used as fishing boats for fishing.

Ritual Pembuatan Kapal Pinisi

Sebelum memulai pembuatan Kapal Pinisi, biasanya masyarakat melakukan ritual dengan menyediakan berbagai makanan, jajanan manis dan darah ayam jago putih sebagai persembahan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan keberuntungan dan keselamatan dalam proses pengerjaan tersebut.

Jajanan manis disimbolkan sebagai bentuk keinginan dari pemilik agar kapalnya mendatangkan keuntungan yang banyak. Sementara itu darah ayam jago putih diharapkan agar tidak ada darah yang tertumpah saat proses pembuatan kapal.

Pinisi Boatbuilding Ritual

Before Pinisi boatbuilding begins, people usually perform rituals by providing various foods, snacks and white chicken blood as offerings. The aim is to get luck and safety in its building process. The sweet snacks symbolize the ship owners hope that the ship will bring a lot of profit. While the blood of white roosters is expected so that no blood is spilled during the shipbuilding process.

Teknik Pembuatan Kapal Pinisi

Berbeda dengan kapal-kapal lainnya, Kapal Pinisi ini terbuat dari kayu. Bahkan kayu yang digunakan pun sangat khusus. Zaman dahulu, para pembuat kapal ini mendapatkan kayu-kayu tersebut tidak dengan menebang pohon. Tapi membeli dari gudang kayu. Bahkan tidak jarang juga didatangkan dari pulau lain di luar Sulawesi.

Uniknya, dalam pencarian bahan kayu pun ada hari baiknya, yakni harus mencari kayu di hari ke- 5 dan ke-7 pada bulan yang sedang berjalan. Angka 5 dalam bahasa Bugis sebagai simbol “naparilimai dalle‘na”, yang berarti rezeki sudah di tangan. Sementara angka 7 menyimbolkan “natujuangngi dalle‘na”, yang berarti selalu mendapat rezeki.

Mereka mencari kayu yang bagus dengan ukuran besar dan sudah berumur tua. Setelah mendapatkan kualitas kayu yang bagus, mereka memotong kayu-kayu itu. Kemudian kayu tersebut harus dikeringkan beberapa lama, agar lebih mudah dipotong. Langkah selanjutnya kayu dipotong-potong sesuai kebutuhan dan dirakit menjadi perahu. Dan dilakukan proses pendempulan. Proses ini sangat penting untuk menghindari kebocoran kapal. Setelah selesai barulah mulai proses perakitan.

Menariknya, perakitan Kapal Pinisi ini dimulai dari lambung kapal lalu dilanjut dengan pemasangan tiang layar dan layarnya. Layarnya itu dijahit di tempat terpisah, diupahkan kepada tukang jahit yang ahli menjahit layar. Layar pada Kapal Pinisi ini berjumlah tujuh layar. Empat layar besar di tengah, tiga layar topang di muka. Tujuh ini melambangkan tujuh samudra yang telah ditempuh oleh Kapal Pinisi. Dan tahap terakhir uji coba kapal ke laut untuk melihat kondisi kapal ini layak atau tidak untuk berlayar. Tahap terakhir adalah peluncuran perahu ke laut. Pada tahap ini, perahu ditarik bersama-sama menggunakan rantai dan tali.

Pinisi Shipbuilding Technique

Unlike other boats, the Pinisi boat is made of wood. Even the wood for use is very special ones. In ancient times, these shipbuilders did not obtain wood by cutting down trees. Instead, they bought wood from the wood warehouse. In fact, it is not uncommon for the woods to be imported from other islands outside Sulawesi.

Uniquely, in the search for wood material there are also good days, which to rely on for looking for woods on the 5th and 7th days of the current month. The number 5 in Buginese language symbolizes “naparilimai dalle’na“, which implies sustenance is already in hand. While the number 7 symbolizes “natujuangngi dalle’na”, which implies always getting sustenance.

They look for good wood with a large size and old age. After getting good quality wood, they cut the wood. Then the wood must be dried for some time to enable easy cutting. The next step is to cut the wood into pieces as needed and to get them used into the boat. The next process is polishing process which is very important to prevent the boat from leaking. Once the process has been completed the assembly process begins. Interestingly, the assembly of the Pinisi boat starts from the hull then continues with the installation of the masts and sails. The sails are sewn in a separate place, hired to tailors who are experts in sewing sails. There are seven sails on this Phinisi boat. Four large sails in the center and three supporting sails at the front. The seven sails symbolize the seven oceans that have been sailed by the Phinisi boat. The next stage is the boat’s trial to the sea to see the condition of this boat whether it is feasible or not to sail. The last stage is the launching of the ship into the sea. At this stage, the ship is pulled using chains and ropes.

Perkembangan Kapal Pinisi

Saat ini Kapal Pinisi tak lagi dijadikan sebagai kapal pengangkut barang, kini kapal phinisi disulap jadi alternatif liburan yang mewah dan menyenangkan. Bahkan kini tren berlibur dengan kapal phinisi digandrungi oleh para wisatawan. Banyak destinasi wisata yang menawarkan berlibur dengan Kapal Pinisi, salah satunya adalah Kota Makassar.

Source: https://www.instagram.com/pinisi.id/

Development of the Pinisi Boat

Nowadays, the Pinisi boat is no longer used as a carrier of goods and it has been transformed into a luxurious and enjoyable vacation alternative. Even now the trend of vacationing on a Pinisi boat is favored by tourists. Many tourist destinations offer a vacation on a Pinisi boat, one of which is Makassar City.

Source: https://www.instagram.com/pinisi.id/



[ad_2]

Sumber Artikel

Previous Dinas Pariwisata Kota Makassar Promosikan Potensi Wisata Kota Makassar ke Wisatawan Nusantara dan Asing dalam BALI ITT EXPO 2023

Leave Your Comment